Syndrome of “Go Abroad” (SoGA)
Part 1 of 3
Beruntunglah menjadi mahasiswa karena yang menyandang predikat tersebut tak lebih dari 5% jumlah penduduk Indonesia. Terlebih lagi menjadi mahasiswa di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), meski baru berumur satu dekade, UAI telah mengukir prestasi di tingkat nasional dan internasional. Branding Al Azhar pun diperhitungkan sebagai institusi pendidikan ternama bahkan “terelit” di Indonesia. Di kampus ini pula, bisa dikatakan setiap bulan atau setidaknya dua bulan sekali, selalu ada mahasiswa yang berangkat atau pulang dari luar negeri dengan mengukir prestasi, baik itu karena alasan mengikuti konfrensi internasional, pertukaran pelajar, summer school dan beasiswa belajar bahasa. Pergi ke luar negeri atas alasan prestasi menjadi hal yang diimpikan bagi mahasiswa UAI khususnya angkatan 2008 hingga 2010. Seakan seperti sindrom, dream tersebut mewabah dan menyebar dari suatu individu dengan individu lainnya. Maka tak salah jika penulis ingin menyebutnya sebagai Syndrome of “Go Abroad”.
Apa benar demikian? Penulis mencoba mereview beberapa kejadian penting tentang prestasi mahasiswa UAI di tingkat internasional. Mungkin juga ada beberapa prestasi yang tidak tercantumkan di sini. Berdasarkan pengamatan penulis, antrian tiket “go abroad” dimulai ketika mahasiswi Biologi (Bioteknologi) terpilih untuk menjadi perwakilan Indonesia di Asia Pacific Interfaith Dialogue di Kamboja pada akhir 2008. Pada waktu itu memang belum menjadi syndrome. Gejala syndrome dimulai setelah setahun berselang, dimana seorang mahasiswa Biologi lainnya ditetapkan sebagai penerima International English Language Scholarship Program (IELSP) untuk belajar bahasa inggris di negeri Paman Sam priode Maret-April 2009. Di pertengahan tahun 2009, mahasiswa dari Teknik Elektro dan Teknik Informatika beramai-ramai mempublikasikan poster ilmiahnya dalam Defense & Security Technology Conference di Malaysia. Tak tanggung-tanggung mahasiswa UAI mendapat the best poster untuk posisi 1st winner dan runner up. Masih di tahun yang sama secara berturut-turut pada bulan Oktober, November dan Desember, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) “go international”, masing-masing untuk mempromosikan pencak silat di Afrika Selatan; mempublikasikan poster di Symposium lembaga PBB, International Environmental Research Center (IERC), Korea Selatan; dan mempublikasikan poster di World Gene Congress di RRC. Pada musim haji 1430 H, dua orang wisudawan terbaik mendapatkan hadiah visa haji dari Kedutaan Besar Arab Saudi sehingga mereka bisa berangkat ke tanah suci untuk menunaikan rukun islam yang ke lima.
Memasuki tahun 2010, mahasiswa FST kembali mempublikasikan poster ilmiahnya sekaligus menjadi Best Poster dalam konfrensi Engineering internasional di Singapura. Dua bulan kemudian, dua orang mahasiswa Biologi (Bioteknologi) mendapat invitation letter untuk menghabiskan musim panas mereka dengan belajar di dua negeri super power yakni masing-masing AS untuk mengikuti IELSP dan Rusia untuk mewakili Indonesia dalam Summer School of International Youth Forum Seliger. Selain didanai oleh pemerintah dua Negara adidaya, yang membuat program tersebut menjadi yang paling prestigious adalah IELSP disebut-sebut “the most wanted scholarship” bagi pelajar S1, sedangkan SELIGER merupakan program youth camp terbesar di dunia yang diikuti oleh para pemimpin muda dan professional muda dari 76 negara di lima benua. Di pertengahan 2010, salah satu wisudawan terbaik berangkat ke Australia untuk melanjutkan studi Doktornya dengan beasiswa di Australian National University. Bulan Oktober, nomor antrian selanjutnya jatuh pada tim silat Al Azhar Seni Bela Diri (ASBD) untuk mempromosikan silat ke Afrika Selatan. Di penghujung tahun 2010, ternyata masih ada prestasi yang diukir oleh mahasiswa sastra inggris yang menjadi mahasiswa UAI ke tiga yang mendapatkan IELSP untuk keberangkatan Februari 2011.
Fantastis! Dan Inspiratif! Bahkan saat saya memulai tulisan ini pun, tiga mahasiswa UAI sedang menunggu pengumuman beasiswa untuk Konfrensi Internasional di Thailand dan Uni Emirate Arab serta tim ASBD UAI yang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan silat di Malaysia. Kita doakan agar mereka diberikan kemudahan dari Allah Swt. untuk memberikan yang terbaik. Penulis sering sekali memotivasi teman-teman dengan kalimat seperti ini: kira-kira nomor antrian “go abroad” berikutnya akan jatuh ke tangan siapa ya? Mungkinkah itu Anda? Jika memang Anda menginginginkannya, maka terlebih dahulu jadilah mahasiswa yang tertular SoGA.
(To be continued)
Part 1 of 3
Beruntunglah menjadi mahasiswa karena yang menyandang predikat tersebut tak lebih dari 5% jumlah penduduk Indonesia. Terlebih lagi menjadi mahasiswa di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), meski baru berumur satu dekade, UAI telah mengukir prestasi di tingkat nasional dan internasional. Branding Al Azhar pun diperhitungkan sebagai institusi pendidikan ternama bahkan “terelit” di Indonesia. Di kampus ini pula, bisa dikatakan setiap bulan atau setidaknya dua bulan sekali, selalu ada mahasiswa yang berangkat atau pulang dari luar negeri dengan mengukir prestasi, baik itu karena alasan mengikuti konfrensi internasional, pertukaran pelajar, summer school dan beasiswa belajar bahasa. Pergi ke luar negeri atas alasan prestasi menjadi hal yang diimpikan bagi mahasiswa UAI khususnya angkatan 2008 hingga 2010. Seakan seperti sindrom, dream tersebut mewabah dan menyebar dari suatu individu dengan individu lainnya. Maka tak salah jika penulis ingin menyebutnya sebagai Syndrome of “Go Abroad”.
Apa benar demikian? Penulis mencoba mereview beberapa kejadian penting tentang prestasi mahasiswa UAI di tingkat internasional. Mungkin juga ada beberapa prestasi yang tidak tercantumkan di sini. Berdasarkan pengamatan penulis, antrian tiket “go abroad” dimulai ketika mahasiswi Biologi (Bioteknologi) terpilih untuk menjadi perwakilan Indonesia di Asia Pacific Interfaith Dialogue di Kamboja pada akhir 2008. Pada waktu itu memang belum menjadi syndrome. Gejala syndrome dimulai setelah setahun berselang, dimana seorang mahasiswa Biologi lainnya ditetapkan sebagai penerima International English Language Scholarship Program (IELSP) untuk belajar bahasa inggris di negeri Paman Sam priode Maret-April 2009. Di pertengahan tahun 2009, mahasiswa dari Teknik Elektro dan Teknik Informatika beramai-ramai mempublikasikan poster ilmiahnya dalam Defense & Security Technology Conference di Malaysia. Tak tanggung-tanggung mahasiswa UAI mendapat the best poster untuk posisi 1st winner dan runner up. Masih di tahun yang sama secara berturut-turut pada bulan Oktober, November dan Desember, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) “go international”, masing-masing untuk mempromosikan pencak silat di Afrika Selatan; mempublikasikan poster di Symposium lembaga PBB, International Environmental Research Center (IERC), Korea Selatan; dan mempublikasikan poster di World Gene Congress di RRC. Pada musim haji 1430 H, dua orang wisudawan terbaik mendapatkan hadiah visa haji dari Kedutaan Besar Arab Saudi sehingga mereka bisa berangkat ke tanah suci untuk menunaikan rukun islam yang ke lima.
Memasuki tahun 2010, mahasiswa FST kembali mempublikasikan poster ilmiahnya sekaligus menjadi Best Poster dalam konfrensi Engineering internasional di Singapura. Dua bulan kemudian, dua orang mahasiswa Biologi (Bioteknologi) mendapat invitation letter untuk menghabiskan musim panas mereka dengan belajar di dua negeri super power yakni masing-masing AS untuk mengikuti IELSP dan Rusia untuk mewakili Indonesia dalam Summer School of International Youth Forum Seliger. Selain didanai oleh pemerintah dua Negara adidaya, yang membuat program tersebut menjadi yang paling prestigious adalah IELSP disebut-sebut “the most wanted scholarship” bagi pelajar S1, sedangkan SELIGER merupakan program youth camp terbesar di dunia yang diikuti oleh para pemimpin muda dan professional muda dari 76 negara di lima benua. Di pertengahan 2010, salah satu wisudawan terbaik berangkat ke Australia untuk melanjutkan studi Doktornya dengan beasiswa di Australian National University. Bulan Oktober, nomor antrian selanjutnya jatuh pada tim silat Al Azhar Seni Bela Diri (ASBD) untuk mempromosikan silat ke Afrika Selatan. Di penghujung tahun 2010, ternyata masih ada prestasi yang diukir oleh mahasiswa sastra inggris yang menjadi mahasiswa UAI ke tiga yang mendapatkan IELSP untuk keberangkatan Februari 2011.
Fantastis! Dan Inspiratif! Bahkan saat saya memulai tulisan ini pun, tiga mahasiswa UAI sedang menunggu pengumuman beasiswa untuk Konfrensi Internasional di Thailand dan Uni Emirate Arab serta tim ASBD UAI yang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan silat di Malaysia. Kita doakan agar mereka diberikan kemudahan dari Allah Swt. untuk memberikan yang terbaik. Penulis sering sekali memotivasi teman-teman dengan kalimat seperti ini: kira-kira nomor antrian “go abroad” berikutnya akan jatuh ke tangan siapa ya? Mungkinkah itu Anda? Jika memang Anda menginginginkannya, maka terlebih dahulu jadilah mahasiswa yang tertular SoGA.
(To be continued)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar