Minggu, 09 Januari 2011

Ketika VMJ Menyerang Aktivis (Part 1 of 3)

"Sampaikan salamku untuk Ny. Abdullah. Selamat karena Anda telah menjadi istri seorang mujahid dan menjadi pencetak generasi mujahid met malam. Wass"

Aku membuka lebar-lebar kelopak mataku membaca SMS tersebut. Ny. Abdullah? Siapa yang jadi Ny. Abdullah. Kandidat Ny. Abdullah saja boro-boro. Dalam hati, emmm mancing lagi neh. Padahal di SMS sebelumnya aku dan dia sudah saling meminta maaf dan mengingatkan atas candaan yang sedikit berlebihan ketika rapat tadi sore. Lalu aku membalas:

"Sudahlah jangan memuji diri sendiri, duhai Ny. Abdullah. . Gud nite"

SMS berakhir dan aku mematikan HP lalu beranjak tidur. Oh iya, sebelumnya aku ingin memperkenalkan diri. Namaku Abdullah. Teman-temanku biasa memanggilku Ola. Itu panggilan kesayangan di keluarga. Jadi barang siapa yang juga merasa sayang padaku maka panggilah aku OLA. Aku bukan seorang ikhwan original, hanya ordinary boy yang baru icip-icip di lembaga dakwah kampus. Aku harus merefresh masa lalu saat SMA yang jauh dari Shar’i. Terkadang aku cemburu dengan ikhwan original yang sehat liqonya, kontinyu setoran hafalannya dan terjaga hijabnya. Tugas-tugas kuliah dan pekerjaan part time memang menjadi prioritas utama pada semester kemarin. Sejak ibuku menjadi single parent, sekarang aku harus berjuang mengakomodir uang jajan sendiri. Semoga saja semester depan aku mendapat beasiswa sehigga bisa mewujudkan niatku untuk menjadi kader yang komitmen dengan amanatnya di LDK.

Oh ya, aku hampir lupa memperkenalkan akhwat yang mengirim SMS di atas. Dia adalah Anya. Seorang akhwat dengan hijab mengesankan. Kata beberapa temanku jangan memandang mata Anya, sebab bisa-bisa kau tersihir. Kekuatan sihirnya sangat mengagumkan. Mungkin akan terbawa ketika kau ingin tidur, bahkan mungkin hingga ke dalam mimpi. Seram sekali. Tapi menurutku Anya…ya itu… sama seperti anggapan teman-temanku. (Habis kalau bilang Anya biasa-biasa saja, bisa-bisa aku dibilang ga normal nanti. Jadi ikut-ikut saja lah). Oke deh kalau begitu

Hari sabtu adalah hari paling dilematis. Jadwal liqo hari ini berntrok dengan jadwal kerjaku. Saati liburan sekolah seperti sekarang ini sering ada panggilan dari supervisor untuk bekerja tambahan di akhir pekan. Upahnya lebih besar dari hari kerja. Tidak diwajibkan datang memang, tapi sayang kalau dilewatkan. Aku masih mikir-mikir lalu ada SMS masuk

“Akh, hari ini sesudah liqo ana pengen ngobrol. Urgent.” SMS dari Salim, my best friend. Sepertinya aku memang harus absent kerja kali ini.

Liqo berakhir, dan akupun meluangkan waktu untuk sahabatku, Salim. Kami duduk dipojok masjid.

“Akh, ana berniat menyempurnakan separuh agama tahun ini.” Salim memulai pembicaraan. Ckkkkk, aku menelan air liur..

“Tolong cubit tanganku” aku meminta Salim melakukannya. Ini hanya pembuktian kalau aku tidak sedang bermimpi. “Auuuuu! keras sekali!!! Sudah! sakit tau!!” refleks itu membuat Salim tertawa. Senang sepertinya melihat temannya kesakitan. Ini baru awal tahun. Salim masih punya waktu cukup panjang kalau memang dia serius

”Ana butuh saran antum.”

“Kalau boleh tahu apa yang menyebabkan antum memutuskan langkah ini?”

“Ini bukan karena ana lagi jatuh hati dengan seorang akhwat, lantas ana memutuskan untuk menyegerakan hal ini, tapi karena alasan tanggung jawab seorang anak. Antum tahu dalam keluarga ana, kondisi ekonominya kurang memadai. Penghasilan Bapak sebagai seorang guru tak cukup untuk merapel kuliah ana, dua kakak ana, dan satu adik ana. Ana, sedangkan kakak ana yang pertama kuliahnya belum kelar-kelar padahal sudah semester 10 dan kakak yang kedua sudah semester 8 dan tidak mau bernasib seperti yang pertama. Kuliah mereka berdua harus disegerakan. Adik ana yang cewek sudah kelas tida SMA sebentar lagi Ujian Nasional jadi tak boleh diganggu gugat. Nah, karena alasan itu ana yang masih di semester enam, mungkin bisa mengalah. Menikah akan mendorong ana lebih mandiri dan lepas dari tuntunan orang tua. Setidaknya satu tanggungan lepas dan ini akan meringankan beban orang tua.”

“MashaAllah, niat antum sungguh mulia. Tentunya itu semua dilandaskan karena mengharap Ridho Allah. Apakah sudah memikirkan segala konsekuensi? Terutama kuliah dan masa muda antum”

“Sudah, sudah semuanya. Konsekuensi kuliah sepertinya akan menjadi prioritas ke dua. Tentang masa muda… Halah! Sok muda antum ini”

“Sip. Berarti sudah mantabz. Nah, sekarang bagaimana dengan si calon?”

“Ini dia. Ana butuh saran antum. Ana punya dua orang calon. Salah satunya adalah sahabat antum. Mungkin antum sudah bisa menebak orangnya” Belum keluar nama yang bersangkutan, pikiranku langsung terhubung dengan sesosok akhwat. Dalam hatiku, curiga orangnya si…

“Emang Sini paranormal. Sudah, Situ gah usah basa basi, to the point saja.”

“Anya….” Salim mengatakannya pelan. Tepat dugaanku.

Di akhir percakapan kami disimpulkan aku mendukung pergerakan Salim untuk mengkhitbah dengan Anya. Aku bersedia membantu sebisanya. Anya adalah planning A, sedangkan akhwat yang satunya adalah planning B. Menurut salim kemungkinan 70 positif dan 30 negatif. Dia begitu yakin pasalnya Anya juga menunjukkan sinyal-sinyal kepositifan padanya, entah itu dari SMS ataupun dari intetaksi secara langsung. Padahal jika salim membaca deretan SMS candaan dan tausiah Anya di HPku, mungkin dia akan mangubah persentase itu menjadi kebalikannya. (Mau tau isi SMS2nya? Behind the scene saja yah tak usah di sini ^^)

Hari ini saatnya Salim bertemu dengan Anya untuk memdapatkan jawaban dari lamaran yang diutarakan dua minggu yang lalu atau tepatnya dua bulan setelah dia pertama kali mengutarakan hajatnya tersebut padaku.

“Afwan ana terlambat” Anya mengambil posisi duduk di depan Salim.

“Tidak apa-apa…” Salim tersenyum simpul.

“Langsung saja. Setelah memikirkan matang-matang dan atas saran serta pertimbangan orang tua, Saya putuskan…” suara Anya terpotong oleh dering suara HP. Ibunya menelpon dan dia meminta izin mengangkatnya.
“InshaAllah Mah, keputusan Anya sudah bulat. Mohon doanya saja” Anya langsung menutup telpon seakan tak ingin menunggu untuk melanjutkan jawabannya tadi. Sementara Salim sedang H2C (Harap-Harap Ceria).

TO BE CONTINUED......

Tidak ada komentar :

Posting Komentar