***
Setelah mengucapkan salam aku pun beranjak ke hotel untuk memenuhi janji dengan seorang pejabat pemerintah. Salim hebat, pikirku. Dia memang dua tahun lebih tua dariku. Lulus dari Pesantren dia sempat kerja setahun sebelum akhirnya masuk ke bangku kuliah. Dia paham betul apa itu yang dinamakan hijab, pergaulan dalam islam dan pernikahan. Dia sudah mempraktikannya sendiri. Soal menikah pun tak semerta dia putuskan sendiri melainkan dikonsultasikan ke orang tua dan murrobinya. Dukungan dari mereka lah yang membuat hatinya mantab. Saat ini dia sudah lepas dari tanggungan orang tuanya, meski pada akhirnya ada hal lain yang harus tertangguhkan untuk sesaat. Aku salut padanya. Aku sendiri masih sibuk dengan dakwah, kuliah dan tarbiah. Menikah? kapan-kapan saja lah!! Aku pikir Anya adalah pasangan yang serasi untuknya, tapi kalau bukan jodoh mau gimana lagi. Sesampainya di hotel jam 8 malam, ada SMS masuk. Ternyata dari Anya.
"Aslm. Akh, apakah Mabit pekan ini antum yang koordinir. Btw, sudah makan mlm?"
"Ya. Nanti saja dibicarakan. Saya sedang mengurusi sesuatu di Hotel. Makan? ga’ ingat tuh. Mau delivelry ke sini?"
"Di Hotel? Jadi ingat kisahnya Furqon di KCB. Hati-hati ya didatangi cewek cantik pembawa HIV AIDS. Wah, telat makan artinya antum mendzalimi diri sendiri."
"Makan telat dikit ga apa lah. Hah, beginilah kalau belum ada yang ngurus, Bu!"
"Walah2! Ana buka biro jodoh loh. Mau cari yang pertama, kedua. Mw yang pintar masak/tadarus/bahasa Inggris. Mw orang sunda/jawa/melayu/betawi. Silahkan pilih sesuka hati. Ketik reg<spasi>kriteria kirim ke 2009. Tarif gratis."
Tiba-tiba aku teringat komitmenku tadi. Astaqfirullah. Kok mulai lagi candaannya. Tampaknya aku benar-benar harus memastikan dugaan tenang Anya dan Agung. Masa calon istri orang SMS seperti ini pada seorang ikhwan, malam-malam begini pula. Ehmmm, nampaknya harus ada tindakan sedikit ekstrim. Sudah terlanjur basah bergurau lewat SMS, dan semoga ini yang terakhir
"Emmm, kl ana mau tipe seperti Akhwat yang sedang membaca SMS ini, boleh tidak? Mungkin untuk lebih konkritnya ana akan kirimkan proposalnya 3 hari lagi."
Tepat tiga hari setelah itu aku mengirimkan surat dan proposal bersekenario. Agak beresiko memang, sebab itu tidak dibuat secara serius. Aku agak was-was, bagaimana jikalau Anya memberikan respon positif. Tapi tenang! Feeling ku mengatakan aku akan mendapat jawaban yang aku inginkan.
Sudah lebih satu minggu, tapi tak ada surat balasan. Wah, gawat. Kalau dia benar-benar telah menerima seseorang di pelabuhan hatinya, maka tak kan butuh waktu sehari untuk menolakku. Bahkan ditolak di tempat pun jadi. Bisa-bisa dia memang masih kosong sehingga mempertimbangkan lamaranku. Aku mulai gemetar. Namun,positive feelingku mengatakan, mungkin dia perlu waktu untuk memilih kata-kata yang halus dalam surat balasannya agar tak membuat penerimanya tersakiti. Aku tetap tak sabar sampai akhirnya aku mencoba mencari jawaban itu langsung pada Agung.
“Akh, bagaimana dengan kelanjutan perasaan antum terhdap Anya?” tanyaku
“Memang kenapa akh. Ada angin apa tiba-tiba antum menanyakan itu?” pertanyaan dijawab dengan pertanyaan. Sungguh cara berkomunikasi yang kurang baik.
“Bagaimana kalau ana juga menaruh hati padanya?” aku memancing.
“Innalillah. Em, Ana tidak bisa membayangkan kesudahannya kalau dia tahu soal ini. Dilematis sekali. Ana tak ingin mengalah dan antum juga tentunya. Ana tak ingin ada yang tersakiti. Ana hanya menyarankan kita tinggalkan saja Anya. Ini lebih aman. Wanita di dunia ini kan yang soleha dan cantik tak hanya satu saja. Stok masih banyak”
“Akh, ana sudah terlajur berniat mengkhitbah Anya” Aku menatap Agung dengan tajam. Benar-benar serius. Agung langsung tegan.
“Tidak bisa! Tampaknya ana harus menceritakan yang sebenarnya. Afwan ana tidak sharing terlebih dahulu pada antum. Sebenarnya dua bulan yang lalu ana sudah mengkhitbah Anya terlebih dahulu. Alhamdulillah dia merespon positif dan kami berkomitmen untuk melanjutkan hingga ijab Kabul.”
Sesaat kemudian aku menerima SMS dari Anya.
"Afwan Ola, aku belum membuka pelabuhan itu untuk siapapun saat ini. Aku belum siap. Tapi kita tetap sahabat. Saudara seiman dengan cinta karena Allah."
Apa-apaan ini. Ingin rasanya aku menunjukkan SMS tersebut pada Agung. Namun akal sehatku masih bekerja. Lalu aku memeluk Agung sembari mengucapkan selamat padanya.
“Mabrukh akh, ana akan mendoakan antum agar secepatnya menuju hari ijab qobul.” Lalu aku meninggalkannya.
Sambil berjalan, aku berfikir keras. Kenapa menjadi begini. Kenapa Agung tak cerita pada ku dari awal tentang khitbah dan jawaban Anya, padahal dulu kepadaku lah dia sharing tentang perasaannya pada Anya. Masih jelas di benakku tausiah yang aku sampaikan padanya. Semoga dia tak sampai meyimpang dari nasihat. Anya!! Mungkin dia malu bercerita yang sebenarnya. Analisaku mangatakan kalau seorang akhwat ordinary telah menerima khitbah dari seorang ikhwan ordinary, maka ketika ada ihkwan lain yang memintanya, keharusannya adalah mengatakan dengan tegas yang sesungguhnya. Tapi kenapa begini jadinya. Ruwet. Aku hanya melihat yang terjadi di antara mereka seperti layaknya suatu ekspeimen saja, bergerak underground, dan kurang bertanggung jawab. Seakan tidak sabar menanti kesudahannya.
***
Kami sedang bersuka cita menyambut kelahiran putri Salim. Lalu aku teringat pada dua sejoli yang belum juga menyempurnakan separuh agamanya setelah hampir setahun mereka menyatakan komitmen bersama. Ta’arufan? Lama sekali. Kalau pacaran saja ada yang hanya berumur satu bulan meski ada yang sampai bertahun-tahun. Kalaupun lantas putus di tengah jalan. Mengapa Agung tak ada konfirmasi. Seakan mengblokir seorang akhwat yang dinanti banyak ikhwan, padahal dirinya sendiri tak ada kepastian untuk sesuatu yang harus dipastikan kesudahannya.
***
Hari ini aku akan bertolak ke Sydney setalah tiga bulan lalu mendapat surat pemberitahuan kalau aku sebagai salah satu fresh graduate yang lolos program ADS untuk melanjutkan S2 di Adelaide University. Hingga saat ini hubungan Anya dan Agung tak ada kabarnya. Aku hanya berharap keduanya baik-baik saja. Sebelum naik ke pesawat ada SMS masuk.
"If ten people care of you, I must belong to. If only one people care of you, that must be me. If no one people care of you, it means that I’m not in this world anymore.
Kemudian satu SMS lagi terkirim dari nomor yang sama
"Ketentuan jodoh itu, sekuat apapun tenaga, sebesar apapun badai dan sekeras apapun ikhtiar manusia, tetap tak akan bisa merubahnya. Ola, meski kamu tidak mau memberi tahu ke mana kamu akan pergi, aku tetap mendoakan semoga segala urusannya dimudahkan oleh Allah. -Anya-"
SEKIAN
Ini hanya sebuah ilustrasi. Terinspirasi dari cerita kawan-kawan. Jika terdapat kesamaan dalam nama dalam tokoh, inshaAllah hanya kebetulan saja. Di sana ada 3 substansi yang penting:
1. Bagaimana karakter Abdullah dan Anya apa yang terjadi antara keduanya. Abdullah bisa dibilang seorang new entry dalam lembaga dakwah kampus yang harus belajar banyak tentang apa itu yang dinamakan dengan hijab, dan urgensi kesungguhan untuk akselerasi dalam menjalani tarbiah. Di lingkungan kita tidak sedikit bukan tipe seperti Abdullah ini? Baik itu Ikhwan maupun Akhwat. Setidaknya itu yang dulu saya ketahui dan lihat ketika masih kulian di UPI, Bandung. Mereka tak cukup mendapat tarbiah melalui halaqoh saja, tapi perlu dukungan dari teman-teman yang sudah menjalani tarbiah dari SMA/Pesantren. Bagaimana dengan Anya? Kira-kira gimana ya. Apa yang terjadi antara keduanya (SMS dan candaan) cukup bisa membantu kawan-kawan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
2. Apa perbedaan antara niat dasar Salim dan Agung dalam mengkhitbah Anya.
Nah, ini dia! Pernah mendapat sahabat kawan-kawan kesemsem sama seseorang sehingga tumbur rasa yang belum seharusnya dipelihara dalam hati. Ada tipekal ikhwan yang ingin menikah, karena kebelet suka sama seorang akhwat. Dia berangkat dari alasan yang membahayakan diri sendiri. Ini barangkali terjadi pada kasus Agung. Ketidaksanggupannya menahan rasa membuatnya memaksakan diri untuk mengungkapkannya seakan khawatir kehilangan bidadari pujaannya. Padahal kalau sudah jodoh tak kan ke mana. Karena tanpa fakir panjang dan mempertimbankan sharia, konsekuensinya harus ditanggung sendiri. Mungkin menderita karena bendungan perasaan tadi tak cukup kuat, atau tak ada pelampiasan rasa cinta di hati karena t'lah saling menerima antara keduanya, atau rasa cemburu ketika si akhwat dekat dengan ikhwan lain atau sebaliknya. Lalu fitnah pun berpotensi menyebar.
Tapi ada tipe ikhwan yang berniat menikah karena motivasi selain akhwat, seperti yang terjadi pada Salim. Lalu akhwat adalah sebuah factor pendukung agar dia bisa menjawab masalah dibalik keinginannya untuk menikah.
Tak ada yang salah ataupun benar di antara keduanya. Semuanya baik jikalau semua dicover niat karena Allah. Yang ada hanya keharusan untuk berhati-hati, karena ini masalah hati.
3. Bagaimana kesudahan hubungan Anya dan Agung? juga Abdullah? Ada yang punya masukan kira-kira sebaiknya gimana ya. Saya pikir SMS terakhir adalah akhir dari klimaksnya. Jadi khusus untuk ini tak usah dilanjutkan saja yah.
"Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syetan sebagaimana halnya dia (syeitan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari syurga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya"(QS. Al A'raaf:27).
Mohon maaf atas segala hilaf. Semoga bermanfaat.
Wallahualam bisawab
Minggu, 09 Januari 2011
Ketika VMJ Menyerang Aktivis (Part 2 of 3)
****
“Saya putuskan…untuk belum dulu menerima siapapun termasuk Akh Salim.” Jawaban yang amat membangun. Suasana hening sejenak.
"Shukran. Ana hanya perlu jawaban itu. Itu saja tidak lebih” Salim melepas senyumnya.
“Saya telah berkomitmen untuk menyelesaikan Studi S1 terlebih dahulu, begitu juga dengan orang tua saya. Afawan akh, barang kali Allah telah menyiapkan seorang bidadari yang lebih baik untuk antum”
Salim pergi meninggalkan Anya. Dia langsung memberi tahu hasilnya pada ku via SMS. Kami bertemu untuk membicarakan langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya menurutku adalah aku harus mentraktirnya makan nasi goreng plus minuman jus jambu kesukaannya. Aku melihat wajah kecewa, meski dia berguman telah ikhlas.
Tahu sendiri lah rasanya ditolak. Mungkin ini yang namanya Broken heart. (Bagi yang pernah merasakan mungkin bisa berbagi pada yang lain. Di belakang panggung saja. Jangan kasih comment di sini, ntar dikira curhat). Salim membuka deretan SMS tausiyah dari Anya yang masih awet tersimpan di HPnya. Lalu dihapusnya satu per satu. Sebuah tindakan yang tegas. Nama Anya memang harus segera remove dari hatinya. Tapi ukhuwah tetap terjaga. Rencana pertama telah hangus. Saatnya bersiap untuk rencana ke dua.
Dua bulan kemudian, telah tersebar kabar bahwa Salim akan menikah pada pertengahan tahun ini. Alhamdulillah. Jodohnya ternyata bukan juga dengan si akhwat B. Ternyata menyiapkan planning B tak cukup, harus ada planning C. Saat walimahan aku merasakan sedikit aura energi negative dari Anya. Beberapa hari setelah itu pun dia sulit dihubungi dan terlihat lebih sering menyendiri. Mungkin dia memang ada perasaan terhadap Salim dan sedang mengkondisikan diri. Tapi keputusannya tepat untuk membuat prioritas dalam hidupnya sehingga semua bisa tertata rapih.
Akhwat seperti Anya tak seharusnya merasa patah hati, pasalnya nanti juga banyak yang ngantri.
Kembali bertemu dengan hari Sabtu. Bedanya kali ini dilemma semester kemarin tak lagi terjadi. Pasalnya aku tak perlu terusik oleh kerja part time sebab aku telah mendapat beasiswa mencakup biaya kuliah dan hidup. HPku berbunyi tanda SMS masuk.
“Akh, habis liqo. Ana pengen ngobrol. Urgent.” SMS dari Agung.
Hatiku mencurigai sesuatu. Isi SMSnya sama dengan SMS Salim waktu dulu. Jangan-jangan.....
***
"Ola, kenapa ya perasaan itu serasa aku nikmati. Setiap kali bertemu dan aku mencuri-curi pandang untuk memandang parasnya yang meneduhkan hati itu itu. Apa aku utarakan saja."
“Halah, Gung, Gung. Sampean kena sihirnya Anya. Asal kamu tahu yang konsultasi kayak gini ke aku tuh bukan Cuma satu orang. Makanya aku bosen. Trus kalau diutarakan habis itu mw ngapain? Ngapain nt utarakan, yang benar itu nt lamar supaya diajak nikah.”
“Nikah. Pastilah nanti setelah lulus. Tapi aku ingin mengutarakannya sekarang”
“Waduh, celaka kalau begitu. Trus selama satu tahun setengah menunggu kamu lulus kalian mau ngapain. Manahan derita atas perasaan yang salah haluan?”
“Taaruf?”
“Wah, sepertinya antum perlu ana ajak ke murrobi supaya dapat pencerahan. Kalau diutarakan sekarang bulan depan antum nikahi ya tak apa. Tapi kok masa nunggu tahun depan. Mau zina hati, dan terjerumus zina mata akhirnya zina tingkat tinggi. Saranku kalau memang belum siap penuh, tahan saja.. Alihkan perasaan itu. Hingga akhirnya mati. Toh, kamu ga akan rugi. Ketetapan atas jodoh itu, sekuat apapun tenaga, sebesar apapun badai, dan sekeras apapun usaha manusia, tetap tak kan bisa merubahnya. Ikhlas, sabar dan tawakal."
Kembali aku harus mengulangi kata ini: “DILEMATIS”. Nampaknya sedang musiman VMJ di LDK. Anya memang baik terhadap semua orang. Dia bersikap lembut dan ketika berbicara suara lembutnya itu barang kali sanggup membuat sebagian besar ikhwan normal berdesir hatinya. Pujian tentang dirinya tak hanya aku dengar dari teman-teman, tapi juga dosen. Sungguh memikat hati. Terlebih dia sering memforward SMS tausiah kepada para pengurus LDK. Ini sebenarnya jadi peluang bagi seorang ikhwan yang keGeEran.
Adalagi terkadang kedermawanannya juga berpotensi disalah artikan. Bayangkan apa yang seorang ikhwan lakukan ketika menerima pemberian dari seorang akhwat seperti Anya, padahal sebelum itu ada orang-orang lain yang juga mendapatkan barang yang sama. Tapi masa sih Anya harus bilang pada ikhwan tersebut: Aku juga memberi ini pada si A, si B hingga Z. Tidak mungkin kan. Jadi kadang-kadang pemberian itu bisa disalah artikan bagi yang kurang paham makna sedekah. Bersedekah itu kan diutamakan kepada anak terlantar dan fakir miskin, jadi ketika mendapat sesuatu, makanan, minuman atau apalah, anggap saja itu pemberian dari orang dermawan terhadap fakir miskin. Bukan begitu?
Dua bulan kemudian aku mendapat sinyal-sinyal bahwa Anya telah menerima khitbah seorang anak LDK. Surprise. Data di lapangan menyebutkan suspect kuat ikhwan dengan nama Agung Hariyadi. Emm, wah tidak sabar ingin mendengar berita gembira tersebut dari keduanya. Pantas saja minggu kemarin Anya bilang padaku ingin cepat-cepat penelitian supaya bisa lulus 3,5 tahun. Barang kali ini adalah faktor pemicunya. Atau bahkan mereka ingin menikah dalam beberapa bulan kedepan. Wah, wah, kalau benar begitu aku harus merubah kebiasaan yang tak boleh dilakukan pada calon istri teman sendiri. Bercanda berlebihan. SMS yang tak perlu apalagi malam-malam.
“Assalamu’alaikum warohmatullah.” Salim muncul dari belakang ku.
“Wa’alaikum salam. Kaif ya akh? Bagaimana istri?”
“Alhamdulillah bi khoir. Istri juga. Sekarang sedang ngisi satu bulah” dia mendekatkan wajahnya padaku. Nampaknya belum banyak orang yang tahu tentang berita itu.
“Alhamdulillah. Wah emang tok cer sampean.”
“Bagaimana kabar Anya?”
“Wah, sepertinya sebentar lagi dia akan menyusul antum.”
“Sama siapa?”
“Ana belum bisa jamin kepastiannya. Tapi ana sempat melihatnya boncengan dengan seorang ikhwan, anak LDK juga. Bahkan sempat tukar-tukaran HP. Nah, apa coba kalau tidak ada hubungan apa-apa antara keduanya. Ana pikir sih mereka sedang ta’arufan. Doakan saja semoga lancer dan dijaga dari fitnah”
“Ta’arufan? Hah, masih saja pakai metode jadul ala pacaran. Ana dengan istri saja gak pake bonceng-boncengan apalagi tukar-tukaran HP. Cukup Istikarah, lalu setelah merasa yakin, ya ta’arufan. Cuma satu bulan setelah itu langsung ijab Kabul. Dulu ketika ana bersama relawan lainnya terjun ke lapangan saat gempa Yogya, tak pernah satu pun ana melihat ada ikhwan yang membonceng akhwat. Itu di daerah gempa loh. Tapi mereka tetap konsisten pada prinsipnya. Anak zaman sekarang, perlu dibina benar, atau bahkan dibinasakan kebiasaan-kebiasaan yang tidak relevan dengan shariah seperti itu”
“Waduh, sudah-sudah. Koq jadi ngomongin orang lain. Ntar jadi gibah. Lagian ana tak terlalu ingin mengurusi yang seperti ini. Khawatir menular. Rencana a nikah masih lama. Ke luar negeri atau S2 dulu lah. Oh ya, afwan ana harus cabut sekarang. Ada janji”
“Jangan lupa antum harus pastikan dugaan antum tentang Anya tadi, jangan sampai menjadi fitnah. Apalagi kalau sampai anak-anak LDK lainnya pada tahu. Bisa-bisa karena nila setetes, rusak susu sebelanga”
TO BE CONTINUED TO PART III (LAST PART)
“Saya putuskan…untuk belum dulu menerima siapapun termasuk Akh Salim.” Jawaban yang amat membangun. Suasana hening sejenak.
"Shukran. Ana hanya perlu jawaban itu. Itu saja tidak lebih” Salim melepas senyumnya.
“Saya telah berkomitmen untuk menyelesaikan Studi S1 terlebih dahulu, begitu juga dengan orang tua saya. Afawan akh, barang kali Allah telah menyiapkan seorang bidadari yang lebih baik untuk antum”
Salim pergi meninggalkan Anya. Dia langsung memberi tahu hasilnya pada ku via SMS. Kami bertemu untuk membicarakan langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya menurutku adalah aku harus mentraktirnya makan nasi goreng plus minuman jus jambu kesukaannya. Aku melihat wajah kecewa, meski dia berguman telah ikhlas.
Tahu sendiri lah rasanya ditolak. Mungkin ini yang namanya Broken heart. (Bagi yang pernah merasakan mungkin bisa berbagi pada yang lain. Di belakang panggung saja. Jangan kasih comment di sini, ntar dikira curhat). Salim membuka deretan SMS tausiyah dari Anya yang masih awet tersimpan di HPnya. Lalu dihapusnya satu per satu. Sebuah tindakan yang tegas. Nama Anya memang harus segera remove dari hatinya. Tapi ukhuwah tetap terjaga. Rencana pertama telah hangus. Saatnya bersiap untuk rencana ke dua.
Dua bulan kemudian, telah tersebar kabar bahwa Salim akan menikah pada pertengahan tahun ini. Alhamdulillah. Jodohnya ternyata bukan juga dengan si akhwat B. Ternyata menyiapkan planning B tak cukup, harus ada planning C. Saat walimahan aku merasakan sedikit aura energi negative dari Anya. Beberapa hari setelah itu pun dia sulit dihubungi dan terlihat lebih sering menyendiri. Mungkin dia memang ada perasaan terhadap Salim dan sedang mengkondisikan diri. Tapi keputusannya tepat untuk membuat prioritas dalam hidupnya sehingga semua bisa tertata rapih.
Akhwat seperti Anya tak seharusnya merasa patah hati, pasalnya nanti juga banyak yang ngantri.
Kembali bertemu dengan hari Sabtu. Bedanya kali ini dilemma semester kemarin tak lagi terjadi. Pasalnya aku tak perlu terusik oleh kerja part time sebab aku telah mendapat beasiswa mencakup biaya kuliah dan hidup. HPku berbunyi tanda SMS masuk.
“Akh, habis liqo. Ana pengen ngobrol. Urgent.” SMS dari Agung.
Hatiku mencurigai sesuatu. Isi SMSnya sama dengan SMS Salim waktu dulu. Jangan-jangan.....
***
"Ola, kenapa ya perasaan itu serasa aku nikmati. Setiap kali bertemu dan aku mencuri-curi pandang untuk memandang parasnya yang meneduhkan hati itu itu. Apa aku utarakan saja."
“Halah, Gung, Gung. Sampean kena sihirnya Anya. Asal kamu tahu yang konsultasi kayak gini ke aku tuh bukan Cuma satu orang. Makanya aku bosen. Trus kalau diutarakan habis itu mw ngapain? Ngapain nt utarakan, yang benar itu nt lamar supaya diajak nikah.”
“Nikah. Pastilah nanti setelah lulus. Tapi aku ingin mengutarakannya sekarang”
“Waduh, celaka kalau begitu. Trus selama satu tahun setengah menunggu kamu lulus kalian mau ngapain. Manahan derita atas perasaan yang salah haluan?”
“Taaruf?”
“Wah, sepertinya antum perlu ana ajak ke murrobi supaya dapat pencerahan. Kalau diutarakan sekarang bulan depan antum nikahi ya tak apa. Tapi kok masa nunggu tahun depan. Mau zina hati, dan terjerumus zina mata akhirnya zina tingkat tinggi. Saranku kalau memang belum siap penuh, tahan saja.. Alihkan perasaan itu. Hingga akhirnya mati. Toh, kamu ga akan rugi. Ketetapan atas jodoh itu, sekuat apapun tenaga, sebesar apapun badai, dan sekeras apapun usaha manusia, tetap tak kan bisa merubahnya. Ikhlas, sabar dan tawakal."
Kembali aku harus mengulangi kata ini: “DILEMATIS”. Nampaknya sedang musiman VMJ di LDK. Anya memang baik terhadap semua orang. Dia bersikap lembut dan ketika berbicara suara lembutnya itu barang kali sanggup membuat sebagian besar ikhwan normal berdesir hatinya. Pujian tentang dirinya tak hanya aku dengar dari teman-teman, tapi juga dosen. Sungguh memikat hati. Terlebih dia sering memforward SMS tausiah kepada para pengurus LDK. Ini sebenarnya jadi peluang bagi seorang ikhwan yang keGeEran.
Adalagi terkadang kedermawanannya juga berpotensi disalah artikan. Bayangkan apa yang seorang ikhwan lakukan ketika menerima pemberian dari seorang akhwat seperti Anya, padahal sebelum itu ada orang-orang lain yang juga mendapatkan barang yang sama. Tapi masa sih Anya harus bilang pada ikhwan tersebut: Aku juga memberi ini pada si A, si B hingga Z. Tidak mungkin kan. Jadi kadang-kadang pemberian itu bisa disalah artikan bagi yang kurang paham makna sedekah. Bersedekah itu kan diutamakan kepada anak terlantar dan fakir miskin, jadi ketika mendapat sesuatu, makanan, minuman atau apalah, anggap saja itu pemberian dari orang dermawan terhadap fakir miskin. Bukan begitu?
Dua bulan kemudian aku mendapat sinyal-sinyal bahwa Anya telah menerima khitbah seorang anak LDK. Surprise. Data di lapangan menyebutkan suspect kuat ikhwan dengan nama Agung Hariyadi. Emm, wah tidak sabar ingin mendengar berita gembira tersebut dari keduanya. Pantas saja minggu kemarin Anya bilang padaku ingin cepat-cepat penelitian supaya bisa lulus 3,5 tahun. Barang kali ini adalah faktor pemicunya. Atau bahkan mereka ingin menikah dalam beberapa bulan kedepan. Wah, wah, kalau benar begitu aku harus merubah kebiasaan yang tak boleh dilakukan pada calon istri teman sendiri. Bercanda berlebihan. SMS yang tak perlu apalagi malam-malam.
“Assalamu’alaikum warohmatullah.” Salim muncul dari belakang ku.
“Wa’alaikum salam. Kaif ya akh? Bagaimana istri?”
“Alhamdulillah bi khoir. Istri juga. Sekarang sedang ngisi satu bulah” dia mendekatkan wajahnya padaku. Nampaknya belum banyak orang yang tahu tentang berita itu.
“Alhamdulillah. Wah emang tok cer sampean.”
“Bagaimana kabar Anya?”
“Wah, sepertinya sebentar lagi dia akan menyusul antum.”
“Sama siapa?”
“Ana belum bisa jamin kepastiannya. Tapi ana sempat melihatnya boncengan dengan seorang ikhwan, anak LDK juga. Bahkan sempat tukar-tukaran HP. Nah, apa coba kalau tidak ada hubungan apa-apa antara keduanya. Ana pikir sih mereka sedang ta’arufan. Doakan saja semoga lancer dan dijaga dari fitnah”
“Ta’arufan? Hah, masih saja pakai metode jadul ala pacaran. Ana dengan istri saja gak pake bonceng-boncengan apalagi tukar-tukaran HP. Cukup Istikarah, lalu setelah merasa yakin, ya ta’arufan. Cuma satu bulan setelah itu langsung ijab Kabul. Dulu ketika ana bersama relawan lainnya terjun ke lapangan saat gempa Yogya, tak pernah satu pun ana melihat ada ikhwan yang membonceng akhwat. Itu di daerah gempa loh. Tapi mereka tetap konsisten pada prinsipnya. Anak zaman sekarang, perlu dibina benar, atau bahkan dibinasakan kebiasaan-kebiasaan yang tidak relevan dengan shariah seperti itu”
“Waduh, sudah-sudah. Koq jadi ngomongin orang lain. Ntar jadi gibah. Lagian ana tak terlalu ingin mengurusi yang seperti ini. Khawatir menular. Rencana a nikah masih lama. Ke luar negeri atau S2 dulu lah. Oh ya, afwan ana harus cabut sekarang. Ada janji”
“Jangan lupa antum harus pastikan dugaan antum tentang Anya tadi, jangan sampai menjadi fitnah. Apalagi kalau sampai anak-anak LDK lainnya pada tahu. Bisa-bisa karena nila setetes, rusak susu sebelanga”
TO BE CONTINUED TO PART III (LAST PART)
Ketika VMJ Menyerang Aktivis (Part 1 of 3)
"Sampaikan salamku untuk Ny. Abdullah. Selamat karena Anda telah menjadi istri seorang mujahid dan menjadi pencetak generasi mujahid met malam. Wass"
Aku membuka lebar-lebar kelopak mataku membaca SMS tersebut. Ny. Abdullah? Siapa yang jadi Ny. Abdullah. Kandidat Ny. Abdullah saja boro-boro. Dalam hati, emmm mancing lagi neh. Padahal di SMS sebelumnya aku dan dia sudah saling meminta maaf dan mengingatkan atas candaan yang sedikit berlebihan ketika rapat tadi sore. Lalu aku membalas:
"Sudahlah jangan memuji diri sendiri, duhai Ny. Abdullah. . Gud nite"
SMS berakhir dan aku mematikan HP lalu beranjak tidur. Oh iya, sebelumnya aku ingin memperkenalkan diri. Namaku Abdullah. Teman-temanku biasa memanggilku Ola. Itu panggilan kesayangan di keluarga. Jadi barang siapa yang juga merasa sayang padaku maka panggilah aku OLA. Aku bukan seorang ikhwan original, hanya ordinary boy yang baru icip-icip di lembaga dakwah kampus. Aku harus merefresh masa lalu saat SMA yang jauh dari Shar’i. Terkadang aku cemburu dengan ikhwan original yang sehat liqonya, kontinyu setoran hafalannya dan terjaga hijabnya. Tugas-tugas kuliah dan pekerjaan part time memang menjadi prioritas utama pada semester kemarin. Sejak ibuku menjadi single parent, sekarang aku harus berjuang mengakomodir uang jajan sendiri. Semoga saja semester depan aku mendapat beasiswa sehigga bisa mewujudkan niatku untuk menjadi kader yang komitmen dengan amanatnya di LDK.
Oh ya, aku hampir lupa memperkenalkan akhwat yang mengirim SMS di atas. Dia adalah Anya. Seorang akhwat dengan hijab mengesankan. Kata beberapa temanku jangan memandang mata Anya, sebab bisa-bisa kau tersihir. Kekuatan sihirnya sangat mengagumkan. Mungkin akan terbawa ketika kau ingin tidur, bahkan mungkin hingga ke dalam mimpi. Seram sekali. Tapi menurutku Anya…ya itu… sama seperti anggapan teman-temanku. (Habis kalau bilang Anya biasa-biasa saja, bisa-bisa aku dibilang ga normal nanti. Jadi ikut-ikut saja lah). Oke deh kalau begitu
Hari sabtu adalah hari paling dilematis. Jadwal liqo hari ini berntrok dengan jadwal kerjaku. Saati liburan sekolah seperti sekarang ini sering ada panggilan dari supervisor untuk bekerja tambahan di akhir pekan. Upahnya lebih besar dari hari kerja. Tidak diwajibkan datang memang, tapi sayang kalau dilewatkan. Aku masih mikir-mikir lalu ada SMS masuk
“Akh, hari ini sesudah liqo ana pengen ngobrol. Urgent.” SMS dari Salim, my best friend. Sepertinya aku memang harus absent kerja kali ini.
Liqo berakhir, dan akupun meluangkan waktu untuk sahabatku, Salim. Kami duduk dipojok masjid.
“Akh, ana berniat menyempurnakan separuh agama tahun ini.” Salim memulai pembicaraan. Ckkkkk, aku menelan air liur..
“Tolong cubit tanganku” aku meminta Salim melakukannya. Ini hanya pembuktian kalau aku tidak sedang bermimpi. “Auuuuu! keras sekali!!! Sudah! sakit tau!!” refleks itu membuat Salim tertawa. Senang sepertinya melihat temannya kesakitan. Ini baru awal tahun. Salim masih punya waktu cukup panjang kalau memang dia serius
”Ana butuh saran antum.”
“Kalau boleh tahu apa yang menyebabkan antum memutuskan langkah ini?”
“Ini bukan karena ana lagi jatuh hati dengan seorang akhwat, lantas ana memutuskan untuk menyegerakan hal ini, tapi karena alasan tanggung jawab seorang anak. Antum tahu dalam keluarga ana, kondisi ekonominya kurang memadai. Penghasilan Bapak sebagai seorang guru tak cukup untuk merapel kuliah ana, dua kakak ana, dan satu adik ana. Ana, sedangkan kakak ana yang pertama kuliahnya belum kelar-kelar padahal sudah semester 10 dan kakak yang kedua sudah semester 8 dan tidak mau bernasib seperti yang pertama. Kuliah mereka berdua harus disegerakan. Adik ana yang cewek sudah kelas tida SMA sebentar lagi Ujian Nasional jadi tak boleh diganggu gugat. Nah, karena alasan itu ana yang masih di semester enam, mungkin bisa mengalah. Menikah akan mendorong ana lebih mandiri dan lepas dari tuntunan orang tua. Setidaknya satu tanggungan lepas dan ini akan meringankan beban orang tua.”
“MashaAllah, niat antum sungguh mulia. Tentunya itu semua dilandaskan karena mengharap Ridho Allah. Apakah sudah memikirkan segala konsekuensi? Terutama kuliah dan masa muda antum”
“Sudah, sudah semuanya. Konsekuensi kuliah sepertinya akan menjadi prioritas ke dua. Tentang masa muda… Halah! Sok muda antum ini”
“Sip. Berarti sudah mantabz. Nah, sekarang bagaimana dengan si calon?”
“Ini dia. Ana butuh saran antum. Ana punya dua orang calon. Salah satunya adalah sahabat antum. Mungkin antum sudah bisa menebak orangnya” Belum keluar nama yang bersangkutan, pikiranku langsung terhubung dengan sesosok akhwat. Dalam hatiku, curiga orangnya si…
“Emang Sini paranormal. Sudah, Situ gah usah basa basi, to the point saja.”
“Anya….” Salim mengatakannya pelan. Tepat dugaanku.
Di akhir percakapan kami disimpulkan aku mendukung pergerakan Salim untuk mengkhitbah dengan Anya. Aku bersedia membantu sebisanya. Anya adalah planning A, sedangkan akhwat yang satunya adalah planning B. Menurut salim kemungkinan 70 positif dan 30 negatif. Dia begitu yakin pasalnya Anya juga menunjukkan sinyal-sinyal kepositifan padanya, entah itu dari SMS ataupun dari intetaksi secara langsung. Padahal jika salim membaca deretan SMS candaan dan tausiah Anya di HPku, mungkin dia akan mangubah persentase itu menjadi kebalikannya. (Mau tau isi SMS2nya? Behind the scene saja yah tak usah di sini ^^)
Hari ini saatnya Salim bertemu dengan Anya untuk memdapatkan jawaban dari lamaran yang diutarakan dua minggu yang lalu atau tepatnya dua bulan setelah dia pertama kali mengutarakan hajatnya tersebut padaku.
“Afwan ana terlambat” Anya mengambil posisi duduk di depan Salim.
“Tidak apa-apa…” Salim tersenyum simpul.
“Langsung saja. Setelah memikirkan matang-matang dan atas saran serta pertimbangan orang tua, Saya putuskan…” suara Anya terpotong oleh dering suara HP. Ibunya menelpon dan dia meminta izin mengangkatnya.
“InshaAllah Mah, keputusan Anya sudah bulat. Mohon doanya saja” Anya langsung menutup telpon seakan tak ingin menunggu untuk melanjutkan jawabannya tadi. Sementara Salim sedang H2C (Harap-Harap Ceria).
TO BE CONTINUED......
Aku membuka lebar-lebar kelopak mataku membaca SMS tersebut. Ny. Abdullah? Siapa yang jadi Ny. Abdullah. Kandidat Ny. Abdullah saja boro-boro. Dalam hati, emmm mancing lagi neh. Padahal di SMS sebelumnya aku dan dia sudah saling meminta maaf dan mengingatkan atas candaan yang sedikit berlebihan ketika rapat tadi sore. Lalu aku membalas:
"Sudahlah jangan memuji diri sendiri, duhai Ny. Abdullah. . Gud nite"
SMS berakhir dan aku mematikan HP lalu beranjak tidur. Oh iya, sebelumnya aku ingin memperkenalkan diri. Namaku Abdullah. Teman-temanku biasa memanggilku Ola. Itu panggilan kesayangan di keluarga. Jadi barang siapa yang juga merasa sayang padaku maka panggilah aku OLA. Aku bukan seorang ikhwan original, hanya ordinary boy yang baru icip-icip di lembaga dakwah kampus. Aku harus merefresh masa lalu saat SMA yang jauh dari Shar’i. Terkadang aku cemburu dengan ikhwan original yang sehat liqonya, kontinyu setoran hafalannya dan terjaga hijabnya. Tugas-tugas kuliah dan pekerjaan part time memang menjadi prioritas utama pada semester kemarin. Sejak ibuku menjadi single parent, sekarang aku harus berjuang mengakomodir uang jajan sendiri. Semoga saja semester depan aku mendapat beasiswa sehigga bisa mewujudkan niatku untuk menjadi kader yang komitmen dengan amanatnya di LDK.
Oh ya, aku hampir lupa memperkenalkan akhwat yang mengirim SMS di atas. Dia adalah Anya. Seorang akhwat dengan hijab mengesankan. Kata beberapa temanku jangan memandang mata Anya, sebab bisa-bisa kau tersihir. Kekuatan sihirnya sangat mengagumkan. Mungkin akan terbawa ketika kau ingin tidur, bahkan mungkin hingga ke dalam mimpi. Seram sekali. Tapi menurutku Anya…ya itu… sama seperti anggapan teman-temanku. (Habis kalau bilang Anya biasa-biasa saja, bisa-bisa aku dibilang ga normal nanti. Jadi ikut-ikut saja lah). Oke deh kalau begitu
Hari sabtu adalah hari paling dilematis. Jadwal liqo hari ini berntrok dengan jadwal kerjaku. Saati liburan sekolah seperti sekarang ini sering ada panggilan dari supervisor untuk bekerja tambahan di akhir pekan. Upahnya lebih besar dari hari kerja. Tidak diwajibkan datang memang, tapi sayang kalau dilewatkan. Aku masih mikir-mikir lalu ada SMS masuk
“Akh, hari ini sesudah liqo ana pengen ngobrol. Urgent.” SMS dari Salim, my best friend. Sepertinya aku memang harus absent kerja kali ini.
Liqo berakhir, dan akupun meluangkan waktu untuk sahabatku, Salim. Kami duduk dipojok masjid.
“Akh, ana berniat menyempurnakan separuh agama tahun ini.” Salim memulai pembicaraan. Ckkkkk, aku menelan air liur..
“Tolong cubit tanganku” aku meminta Salim melakukannya. Ini hanya pembuktian kalau aku tidak sedang bermimpi. “Auuuuu! keras sekali!!! Sudah! sakit tau!!” refleks itu membuat Salim tertawa. Senang sepertinya melihat temannya kesakitan. Ini baru awal tahun. Salim masih punya waktu cukup panjang kalau memang dia serius
”Ana butuh saran antum.”
“Kalau boleh tahu apa yang menyebabkan antum memutuskan langkah ini?”
“Ini bukan karena ana lagi jatuh hati dengan seorang akhwat, lantas ana memutuskan untuk menyegerakan hal ini, tapi karena alasan tanggung jawab seorang anak. Antum tahu dalam keluarga ana, kondisi ekonominya kurang memadai. Penghasilan Bapak sebagai seorang guru tak cukup untuk merapel kuliah ana, dua kakak ana, dan satu adik ana. Ana, sedangkan kakak ana yang pertama kuliahnya belum kelar-kelar padahal sudah semester 10 dan kakak yang kedua sudah semester 8 dan tidak mau bernasib seperti yang pertama. Kuliah mereka berdua harus disegerakan. Adik ana yang cewek sudah kelas tida SMA sebentar lagi Ujian Nasional jadi tak boleh diganggu gugat. Nah, karena alasan itu ana yang masih di semester enam, mungkin bisa mengalah. Menikah akan mendorong ana lebih mandiri dan lepas dari tuntunan orang tua. Setidaknya satu tanggungan lepas dan ini akan meringankan beban orang tua.”
“MashaAllah, niat antum sungguh mulia. Tentunya itu semua dilandaskan karena mengharap Ridho Allah. Apakah sudah memikirkan segala konsekuensi? Terutama kuliah dan masa muda antum”
“Sudah, sudah semuanya. Konsekuensi kuliah sepertinya akan menjadi prioritas ke dua. Tentang masa muda… Halah! Sok muda antum ini”
“Sip. Berarti sudah mantabz. Nah, sekarang bagaimana dengan si calon?”
“Ini dia. Ana butuh saran antum. Ana punya dua orang calon. Salah satunya adalah sahabat antum. Mungkin antum sudah bisa menebak orangnya” Belum keluar nama yang bersangkutan, pikiranku langsung terhubung dengan sesosok akhwat. Dalam hatiku, curiga orangnya si…
“Emang Sini paranormal. Sudah, Situ gah usah basa basi, to the point saja.”
“Anya….” Salim mengatakannya pelan. Tepat dugaanku.
Di akhir percakapan kami disimpulkan aku mendukung pergerakan Salim untuk mengkhitbah dengan Anya. Aku bersedia membantu sebisanya. Anya adalah planning A, sedangkan akhwat yang satunya adalah planning B. Menurut salim kemungkinan 70 positif dan 30 negatif. Dia begitu yakin pasalnya Anya juga menunjukkan sinyal-sinyal kepositifan padanya, entah itu dari SMS ataupun dari intetaksi secara langsung. Padahal jika salim membaca deretan SMS candaan dan tausiah Anya di HPku, mungkin dia akan mangubah persentase itu menjadi kebalikannya. (Mau tau isi SMS2nya? Behind the scene saja yah tak usah di sini ^^)
Hari ini saatnya Salim bertemu dengan Anya untuk memdapatkan jawaban dari lamaran yang diutarakan dua minggu yang lalu atau tepatnya dua bulan setelah dia pertama kali mengutarakan hajatnya tersebut padaku.
“Afwan ana terlambat” Anya mengambil posisi duduk di depan Salim.
“Tidak apa-apa…” Salim tersenyum simpul.
“Langsung saja. Setelah memikirkan matang-matang dan atas saran serta pertimbangan orang tua, Saya putuskan…” suara Anya terpotong oleh dering suara HP. Ibunya menelpon dan dia meminta izin mengangkatnya.
“InshaAllah Mah, keputusan Anya sudah bulat. Mohon doanya saja” Anya langsung menutup telpon seakan tak ingin menunggu untuk melanjutkan jawabannya tadi. Sementara Salim sedang H2C (Harap-Harap Ceria).
TO BE CONTINUED......
Syndrome of “Go Abroad” (SoGA) Part 3 of 3
Syndrome of “Go Abroad” (SoGA) Part 3 of 3
****Setalah melakukan kick off, maka hal selanjutnya adalah BERINVESTASI. Hidup di dunia adalah investasi. Investasi di sini diartikan luas, yakni segala perbuatan yang kita lakukan adalah bentuk sumbangsih tidak hanya untuk saat itu melainkan juga masa mendatang. Perbuatan positif adalah investasi yang akan melahirkan hasil yang positif, sebaliknya perbuatan negatif merupakan investasi yang akan melahirkan hasil yang negatif pula. Jadikan “investasi” menjadi orientasi yang mengakar di hati dan pikiran sehingga kita tak pernah mengenal kata gagal. Apapun hasil dari usaha yang telah kita lakukan, itu adalah bentuk keberhasilan. Berhasil karena kita telah menjalani suatu proses yang merupakan investasi tak hanya untuk saat itu tapi juga untuk masa mendatang.
Sebagai contoh, saat dulu rekan-rekan penulis berusaha keras untuk membuat proposal PKM, namun pada akhirnya tidak membuahkan kucuran dana. Mereka hanya kehilangan salah satu tujuannya, namun tujuan terbersarnya yakni investasi yang didapatkan atas proses belajar telah dilakukan. Mereka belajar bagaimana cara berfikir ilmiah, menggali ide, mencari data, dan menulis sebuah proposal. Ini adalah investasi yang mungkin akan membuahkan hasil suatu saat nanti.
Contoh lain, salah seorang teman yang pada pertama kali mendaftar IELSP, namun tidak berhasil, bahkan dirinya tidak lulus tes dokumen. Dia hanya kehilangan satu kesempatan, namun di saat yang sama dia telah berinvestasi untuk berusaha lebih baik menghadapi kesempatan-kesempatan lainnya. Dia telah belajar bagaimana menghadapi tes TOEFL, mengisi formulir aplikasi, menulis esai, meminta surat rekomendasi dan lain sebagainya. Pada batch berikutnya dia kembali mendaftar. Tentunya dengan investasi yang telah dilakukannya dia bisa berbuat lebih baik, bahkan ternyata yang terbaik karena dia diterima dalam IELSP.
Tidak ada yang sia-sia, hanya masalah waktu. Mulailah investasi itu dengan hal-hal kecil dan terdekat. Jika ingin pergi ke luar negeri, maka sebelum itu tengoklah apa yang ada di dalam negeri. Jika ingin membawa nama baik universitas di tingkat internasional, maka harumkan dulu di tingkat nasional. Kita tak akan mungkin dihadapkan pada tantangan yang lebih besar di luar sana sebelum hal-hal kecil di sekitar kita bisa kita hadapi dengan baik. Mulailah berkontribusi di kampus, regional, hingga nasional, maka InshaAllah SoGA itu akan menular dengan sendirinya dan prestasi internasional pun akan pantas kita dapatkan. Semuanya bertahap dan akan menjadi indah pada waktunya.
Last but not Least adalah DOA. Doa akan mengembalikan kita pada poin yang pertama yakni iman. Doa adalah bagaimana kita berkomunikasi dengan Tuhan dan pada akhirnya menambah keyakinan kita. Doa akan menyempurnakan segala ikhtiar yang dilakukan dengan maksimal. Nah, khusus untuk masalah yang satu ini penulis punya beberapa pengalaman yang akan penulis bagi melalui tulisan yang disumbangkan dalam buku FIM 7. Saat ini telah selesai tahap editing dan inshaAllah akan diterbitkan dalam waktu dekat.
Pernah dengar istilah: Buku adalah jendela dunia? Sehingga dengan membaca seakan-akan kita telah melihat dunia. Istilah tersebut telah menjadi inspirasi bagi penulis dan seorang sahabat. Kami berdua menganut pemahaman bahwa tidak cukup melihat dunia dari balik jendela:buku. Kita harus keluar dari jendela untuk merasakan dunia yang sesungguhnya. Sekali kita telah berhasil melangkahkan kaki di luar sana, maka seakan-akan kita bebas menentukan destinasi belahan bumi selanjutnya untuk melangkah.
Istilah ke dua yakni: Bumi itu bulat. Kata siapa bumi itu bulat? Christopher Columbus adalah orang pertama yang dianggap gila karena menentang teori Ptolomeus yang menyatakan bahwa bumi itu datar. Lalu Columbus tak hanya sekedar berkata, diapun membuktikan bahwa bumi itu bulat. Setelah dia berhasil maka, sekarang semua orang pasti percaya bahwa bumi itu bulat.
Apakah kita pernah mengkritisi hal sederhana ini. Kita percaya bahwa bumi itu bulat, sedangkan kita belum pernah membuktikannya sendiri. Kita hanya sebatas percaya kata orang saja sehingga sering mengatakan sesuatu dengan embel-embel, “kata si A...begini, begini dan begini”. Tentu itu tak cukup, karena kita harus mengatakan sesuatu yang benar-benar kita alami bukan yang hanya kita dengar dari orang lain. Inilah yang menjadi salah satu hal sederhana yang memotivasi penulis. Bahwa saya harus membuktikan kalau bumi itu bulat.
Dulu sejak di sekolah dasar yang terletak di daerah perdesaan, penulis senang ke perpustakaan yang terbatas koleksinya untuk membaca buku-buku tentang pengetahuan umum dan luar negeri. Saat itu penulis hanya melihat dunia dari balik jendela saja. Sebelum keluar dari perpustakaan maka penulis selalu menyempatkan waktu sejenak untuk melihat globe yang berbentuk bulat itu. Tak pernah bosan melihat negara-negara di Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan Amerika sehingga di usia sekecil itu penulis hafal sekian banyak letak negara dan ibukotanya. Semakin sering diperhatikan maka semakin timbul rasa penasaran.
Saat itu hanya ada 1 pertanyaan dan 1 keinginan dalam hati. Petanyaan bahwa: benar tidak ya tempat saya berpijak ini bentuknya bulat? Sehingga timbul keinginan untuk menjawab pertanyaan itu dengan merasakan perbedaan waktu di belahan bumi lain dan keluar dari balik jendela untuk merasakan dunia.
Beberapa tahun silam keinginan di atas hanya berupa impian-impian anak desa yang tergoresan di atas kertas. Namun kekuatan iman dibarengi kegigihan dan kesungguhan serta doa telah membawa penulis meraihnya. Penulis telah berhasil ke luar jendela untuk merasakan dunia, serta membuktikan bahwa bumi itu bulat. Saat ini penulis bersiap untuk menginjakkan kaki ke negara ke lima dan terus mengejar impian-impian lainnya. Jika penulis bisa, kenapa kamu tidak.
Syndrome of “Go Abroad” (SoGA) Part 2 of 3
Syndrome of “Go Abroad” (SoGA) Part 2 of 3
****
Lalu bagaimana supaya tertular SoGA? Sesuai dengan apa yang penulis rasakan sendiri dan amati pada rekan-rekan lainnya, maka hal pertama yang perlu ditanamkan adalah IMAN. Yakin bahwa Tuhan itu ada? Tuhan itu juga Maha Melihat dan Mendengar? Melihat perbuatan kita dan akan memberikan balasan atas perbuatan itu. Mendegar doa kita dan akan menjawab dengan cara yang terbaik untuk kita. Kekuatan iman menjadi pondasi utama bagi manusia untuk hidup. Iman telah membuat seseorang yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan dan hukum alam itu berlaku untuk siapa saja. Jika sebuah hukum alam yakni sifat air mengalir ke tempat lebih rendah berlaku di mana saja di muka bumi ini, maka hukum alam lainnya bahwa ketekunan akan membuahkan kesuksesan juga akan berlaku untuk siapa saja di muka bumi ini. Jika temanmu bisa, tentu kamu juga bisa.
Jika tahap pertama di atas telah selesai dilalui, siap-siaplah untuk menuju tantangan berikutnya yakni DREAM. Buatlah impian-impian positif selagi itu gratis. Nah, tentunya kasus di sini adalah impian untuk ke luar negeri atas alasan prestasi. Tentukan tahun keberangkatanmu dan opsi negara-negara tujuanmu serta apa target-target prestasi yang akan kamu capai. Tulislah dengan rapih di secarik kertas dan simpan di tempat-tempat strategis seperti meja belajar, desktop komputer atau binder kuliah, sehingga bisa sesering mungkin dilihat. Semakin sering dilihat, semakin kuat pula sugesti bahwa impian itu segera terwujud. Tentu saja, kamu tidak perlu khawatir karena tak akan ada yang meminta bayaran atas keberanianmu membuat impian itu, melainkan semuanya akan terbayarkan suatu saat nanti sesuai dengan apa yang kamu lakukan.
Kick Off! Ini adalah tahapan penting untuk memulai langkahmu mendekati impian-impian tersebut. Memulainya dengan ILMU. Ilmu bisa berupa informasi tentang program-program beasiswa, tips dan trik mendapatkan beasiswa, membuat esai, menghadapi wawancara, wawasan budaya, penguasaan bahasa, hingga cara-cara bertahan hidup di luar negeri. Berikut beberapa informasi tentang program tahunan yang menyediakan kesempatan ke luar negeri:
- International Youth Forum Seliger. Sebelum mendaftar summer school yang diselenggarakan pemerintah Rusia ini pastikan kamu memiliki sedikitnya salah satu dari dua kriteria sebagai young professional atau young leader berusia antara 18-25 tahun. Aplikasi tahun 2011 akan dibuka sekitar Februari di http://www.forumseliger.ru/ http://www.seliger2010.com/index.php?id=10 atau bergabung di group FB: International Youth Forum Seliger.
- Selain Seliger, terdapat beberapa Summer School lainnya di Eropa dan Amerika. Perlu diingat, tidak semua summer school menawarkan beasiswa. Jika harus membayar, biayanya berkisar USD 1,500-2,000 untuk studi, visa dan akomodasi (makan dan asrama), sedangkan untuk return airfare (pesawat PP) berkisar USD 900-1,500. Beberapa summer school yang juga menyediakan beasiswa diantaranya di Hungaria, Turki, Italia, Jerman dan Kanada. Pendaftarannya di buka pada waktu yang variatif. Bagi yang tertarik, sering-sering cek maillist (KARISMA, ALYI, FMIPAUAI) atau FB.
- International English Language Scholarship Program (IELSP). Beasiswa belajar bahasa inggris dari pemerintah AS ini dibuka dua kali setahun. Aplikasi batch 9 sedang di buka. Klik www.iief.or.id untuk info lebih lanjut.
- Community College Initiative Program dan Global Undergraduate Exchange Program merupakan program beasiswa pemerintah AS melalui AMINEF. Tertarik? Informasi selengkapnya di www.aminef.or.id.
- World Youth Congress (WYC). Program yang digagas oleh PBB ini berlangsung setiap dua tahun sekali. Jika tahun 2010 diselenggarkan di Turki, maka untuk tahun 2012 Brazil akan menjadi tuan rumah. Selain WYC, PBB juga mempunyai beberapa program untuk pemuda seperti World Youth Conference, G20 Youth Summit, UNESCO Youth Forum, dll. Silahkan mengunjugi website www.un.org
- International Student Festival in Trondheim (ISFiT) diselenggarakan di Norwegia. Sama seperti WYC, ISFiT juga diselenggarakan setiap dua tahun. Info selengkapnya www.isfit.org
- Education Without Border (EWB). Informasi kegiatan tahunan yang diselenggarakan di Abu Dhabi ini bisa dilihat di www.ewb.hct.ac.ae
- AIESEC Global Youth Exchange merupakan program internship (magang) di organisasi internasional di luar negeri. AIESEC hanya menyediakan akomodasi (penginapan dan makan) selama program, sedangkan untuk airfare harus disediakan sendiri oleh peserta. Bagi yang tertarik silahkan cek di www.aiesec.org, goexchange.co.cc atau mengirimkan email ke gemala.zenobia@aiesec.net
- Harvard National Model United Nation, dan World Model United Nation merupakan program simulasi debat PBB yang diselenggarakan setiap tahun. Di Indonesia, beberapa universitas sudah eksis menjadi peserta dengan mengirimkan delegasi yang terdiri mahasiswa berprestasi dari masing-masing fakultas. Jika kamu menginginkan UAI berpartisipasi, silahkan gali infromasinya di www.harvardmun.org dan www.worldmun.org.
- Menegpora juga mengadakan program Pertukaran Pemuda Internasional ke Kanada, Australia, ASEAN, dan Jepang. Setiap tahun pada bulan Pebruari atau Maret pendaftaran dan seleksi program ini dikoordinir oleh Dinas Pemuda dan Olahraga di beberapa propinsi yang ditunjuk
- Terdapat beberapa program Symposium atau Konferensi International sepanjang tahun yang membuka kesempatan untuk publikasi paper atau poster. Tentu saja sebelumnya kamu harus punya hasil penelitian untuk dipublikasikan dan mendapat persetujuan dari pembimbing penelitian. Biasanya masing-masing fakultas akan mendapat undangan atau informasi dari panitia penyelenggara.
Tentunya selain yang telah dijelaskan di atas, masih banyak program lainnya yang diselenggarakan sepanjang tahun. Beberapa program mengadakan seleksi berupa perlombaan di tingkat nasional seperti Danamon Young Leader Awards (DYLA), dan Bayer Young Environmental Envoy (BYEE). Ketika online, sambil facebookan, biasakan untuk menggoogling informasi dengan memasukkan kata kunci terkait seperti international youth forum, youth exchange, youth congress, global internship, language scholarship dll. Nah, bagi para pemburu beasiswa pasca sarjana, disarankan untuk bergabung dengan mail list atau groups penyedia informasi beasiswa dalam dan luar negeri.
(to be continued)
Syndrome of “Go Abroad” (SoGA) Part 1 of 3
Syndrome of “Go Abroad” (SoGA)
Part 1 of 3
Beruntunglah menjadi mahasiswa karena yang menyandang predikat tersebut tak lebih dari 5% jumlah penduduk Indonesia. Terlebih lagi menjadi mahasiswa di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), meski baru berumur satu dekade, UAI telah mengukir prestasi di tingkat nasional dan internasional. Branding Al Azhar pun diperhitungkan sebagai institusi pendidikan ternama bahkan “terelit” di Indonesia. Di kampus ini pula, bisa dikatakan setiap bulan atau setidaknya dua bulan sekali, selalu ada mahasiswa yang berangkat atau pulang dari luar negeri dengan mengukir prestasi, baik itu karena alasan mengikuti konfrensi internasional, pertukaran pelajar, summer school dan beasiswa belajar bahasa. Pergi ke luar negeri atas alasan prestasi menjadi hal yang diimpikan bagi mahasiswa UAI khususnya angkatan 2008 hingga 2010. Seakan seperti sindrom, dream tersebut mewabah dan menyebar dari suatu individu dengan individu lainnya. Maka tak salah jika penulis ingin menyebutnya sebagai Syndrome of “Go Abroad”.
Apa benar demikian? Penulis mencoba mereview beberapa kejadian penting tentang prestasi mahasiswa UAI di tingkat internasional. Mungkin juga ada beberapa prestasi yang tidak tercantumkan di sini. Berdasarkan pengamatan penulis, antrian tiket “go abroad” dimulai ketika mahasiswi Biologi (Bioteknologi) terpilih untuk menjadi perwakilan Indonesia di Asia Pacific Interfaith Dialogue di Kamboja pada akhir 2008. Pada waktu itu memang belum menjadi syndrome. Gejala syndrome dimulai setelah setahun berselang, dimana seorang mahasiswa Biologi lainnya ditetapkan sebagai penerima International English Language Scholarship Program (IELSP) untuk belajar bahasa inggris di negeri Paman Sam priode Maret-April 2009. Di pertengahan tahun 2009, mahasiswa dari Teknik Elektro dan Teknik Informatika beramai-ramai mempublikasikan poster ilmiahnya dalam Defense & Security Technology Conference di Malaysia. Tak tanggung-tanggung mahasiswa UAI mendapat the best poster untuk posisi 1st winner dan runner up. Masih di tahun yang sama secara berturut-turut pada bulan Oktober, November dan Desember, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) “go international”, masing-masing untuk mempromosikan pencak silat di Afrika Selatan; mempublikasikan poster di Symposium lembaga PBB, International Environmental Research Center (IERC), Korea Selatan; dan mempublikasikan poster di World Gene Congress di RRC. Pada musim haji 1430 H, dua orang wisudawan terbaik mendapatkan hadiah visa haji dari Kedutaan Besar Arab Saudi sehingga mereka bisa berangkat ke tanah suci untuk menunaikan rukun islam yang ke lima.
Memasuki tahun 2010, mahasiswa FST kembali mempublikasikan poster ilmiahnya sekaligus menjadi Best Poster dalam konfrensi Engineering internasional di Singapura. Dua bulan kemudian, dua orang mahasiswa Biologi (Bioteknologi) mendapat invitation letter untuk menghabiskan musim panas mereka dengan belajar di dua negeri super power yakni masing-masing AS untuk mengikuti IELSP dan Rusia untuk mewakili Indonesia dalam Summer School of International Youth Forum Seliger. Selain didanai oleh pemerintah dua Negara adidaya, yang membuat program tersebut menjadi yang paling prestigious adalah IELSP disebut-sebut “the most wanted scholarship” bagi pelajar S1, sedangkan SELIGER merupakan program youth camp terbesar di dunia yang diikuti oleh para pemimpin muda dan professional muda dari 76 negara di lima benua. Di pertengahan 2010, salah satu wisudawan terbaik berangkat ke Australia untuk melanjutkan studi Doktornya dengan beasiswa di Australian National University. Bulan Oktober, nomor antrian selanjutnya jatuh pada tim silat Al Azhar Seni Bela Diri (ASBD) untuk mempromosikan silat ke Afrika Selatan. Di penghujung tahun 2010, ternyata masih ada prestasi yang diukir oleh mahasiswa sastra inggris yang menjadi mahasiswa UAI ke tiga yang mendapatkan IELSP untuk keberangkatan Februari 2011.
Fantastis! Dan Inspiratif! Bahkan saat saya memulai tulisan ini pun, tiga mahasiswa UAI sedang menunggu pengumuman beasiswa untuk Konfrensi Internasional di Thailand dan Uni Emirate Arab serta tim ASBD UAI yang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan silat di Malaysia. Kita doakan agar mereka diberikan kemudahan dari Allah Swt. untuk memberikan yang terbaik. Penulis sering sekali memotivasi teman-teman dengan kalimat seperti ini: kira-kira nomor antrian “go abroad” berikutnya akan jatuh ke tangan siapa ya? Mungkinkah itu Anda? Jika memang Anda menginginginkannya, maka terlebih dahulu jadilah mahasiswa yang tertular SoGA.
(To be continued)
Part 1 of 3
Beruntunglah menjadi mahasiswa karena yang menyandang predikat tersebut tak lebih dari 5% jumlah penduduk Indonesia. Terlebih lagi menjadi mahasiswa di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), meski baru berumur satu dekade, UAI telah mengukir prestasi di tingkat nasional dan internasional. Branding Al Azhar pun diperhitungkan sebagai institusi pendidikan ternama bahkan “terelit” di Indonesia. Di kampus ini pula, bisa dikatakan setiap bulan atau setidaknya dua bulan sekali, selalu ada mahasiswa yang berangkat atau pulang dari luar negeri dengan mengukir prestasi, baik itu karena alasan mengikuti konfrensi internasional, pertukaran pelajar, summer school dan beasiswa belajar bahasa. Pergi ke luar negeri atas alasan prestasi menjadi hal yang diimpikan bagi mahasiswa UAI khususnya angkatan 2008 hingga 2010. Seakan seperti sindrom, dream tersebut mewabah dan menyebar dari suatu individu dengan individu lainnya. Maka tak salah jika penulis ingin menyebutnya sebagai Syndrome of “Go Abroad”.
Apa benar demikian? Penulis mencoba mereview beberapa kejadian penting tentang prestasi mahasiswa UAI di tingkat internasional. Mungkin juga ada beberapa prestasi yang tidak tercantumkan di sini. Berdasarkan pengamatan penulis, antrian tiket “go abroad” dimulai ketika mahasiswi Biologi (Bioteknologi) terpilih untuk menjadi perwakilan Indonesia di Asia Pacific Interfaith Dialogue di Kamboja pada akhir 2008. Pada waktu itu memang belum menjadi syndrome. Gejala syndrome dimulai setelah setahun berselang, dimana seorang mahasiswa Biologi lainnya ditetapkan sebagai penerima International English Language Scholarship Program (IELSP) untuk belajar bahasa inggris di negeri Paman Sam priode Maret-April 2009. Di pertengahan tahun 2009, mahasiswa dari Teknik Elektro dan Teknik Informatika beramai-ramai mempublikasikan poster ilmiahnya dalam Defense & Security Technology Conference di Malaysia. Tak tanggung-tanggung mahasiswa UAI mendapat the best poster untuk posisi 1st winner dan runner up. Masih di tahun yang sama secara berturut-turut pada bulan Oktober, November dan Desember, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) “go international”, masing-masing untuk mempromosikan pencak silat di Afrika Selatan; mempublikasikan poster di Symposium lembaga PBB, International Environmental Research Center (IERC), Korea Selatan; dan mempublikasikan poster di World Gene Congress di RRC. Pada musim haji 1430 H, dua orang wisudawan terbaik mendapatkan hadiah visa haji dari Kedutaan Besar Arab Saudi sehingga mereka bisa berangkat ke tanah suci untuk menunaikan rukun islam yang ke lima.
Memasuki tahun 2010, mahasiswa FST kembali mempublikasikan poster ilmiahnya sekaligus menjadi Best Poster dalam konfrensi Engineering internasional di Singapura. Dua bulan kemudian, dua orang mahasiswa Biologi (Bioteknologi) mendapat invitation letter untuk menghabiskan musim panas mereka dengan belajar di dua negeri super power yakni masing-masing AS untuk mengikuti IELSP dan Rusia untuk mewakili Indonesia dalam Summer School of International Youth Forum Seliger. Selain didanai oleh pemerintah dua Negara adidaya, yang membuat program tersebut menjadi yang paling prestigious adalah IELSP disebut-sebut “the most wanted scholarship” bagi pelajar S1, sedangkan SELIGER merupakan program youth camp terbesar di dunia yang diikuti oleh para pemimpin muda dan professional muda dari 76 negara di lima benua. Di pertengahan 2010, salah satu wisudawan terbaik berangkat ke Australia untuk melanjutkan studi Doktornya dengan beasiswa di Australian National University. Bulan Oktober, nomor antrian selanjutnya jatuh pada tim silat Al Azhar Seni Bela Diri (ASBD) untuk mempromosikan silat ke Afrika Selatan. Di penghujung tahun 2010, ternyata masih ada prestasi yang diukir oleh mahasiswa sastra inggris yang menjadi mahasiswa UAI ke tiga yang mendapatkan IELSP untuk keberangkatan Februari 2011.
Fantastis! Dan Inspiratif! Bahkan saat saya memulai tulisan ini pun, tiga mahasiswa UAI sedang menunggu pengumuman beasiswa untuk Konfrensi Internasional di Thailand dan Uni Emirate Arab serta tim ASBD UAI yang mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan silat di Malaysia. Kita doakan agar mereka diberikan kemudahan dari Allah Swt. untuk memberikan yang terbaik. Penulis sering sekali memotivasi teman-teman dengan kalimat seperti ini: kira-kira nomor antrian “go abroad” berikutnya akan jatuh ke tangan siapa ya? Mungkinkah itu Anda? Jika memang Anda menginginginkannya, maka terlebih dahulu jadilah mahasiswa yang tertular SoGA.
(To be continued)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)