Senin, 07 Maret 2011

Catatan Kecil tentang Biotek

Untaian Al Fatihah beserta ayat lainnya yang baru saja dibacakan imam dalam shalat Magrib di Masjid Agung Al Azhar memberikan guyuran kesegaran pada jiwa saya. Malam pun telah datang hingga saya merindukan sesuatu. Sangat merindukan sesuatu itu. Apakah sesuatu itu. Sesuatu itu adalah TIDUR.

Iya dong. Saya bela-belain begadang beberapa malam untuk menyelesaikan beberapa tugas. Bukan tugas kuliah apalagi skripsi melainkan tugas dari bos dan proyek-proyek keren hingga Mei nanti. Semalam aja nih, saya baru shut down notebook pukul 1 dini hari. Baru bisa tidur setengah jam setelahnya. Bangun pagi-pagi buta untuk menunaikan shalat subuh berjamaah.  Tidur setelah subuh? Jangan harap! Sebab saya harus mengutak-ngatik kerjaan Environmental Framework Tools-nya British Council.  Sebelum jam 9 harus buru-buru ketemu bos buat lapor dan menerima tugas lainnya. Seharian, lumayan banyak hal yang saya lakukan. Mampir ke kedutaan Turkey, dengerin ceramah dari pak Dubes Iran untuk Indonesia, ngurus-ngurus rekening organisasi ke Bank, kirim email ke calon sponsor, facebookan, dll!

Niat saya memang cepat-cepat pulang tapi mampir dulu ketemu adik kelas untuk membicarakan tentang ancang-ancang urusan pelesir ke Negara berikutnya yang terkenal pelit dan rempong dalam urusan visa.

“ke Tendu aja kak” sms dari junior saya.

Dalam hitungan detik saya langsung meluncur ke Tenda Biru. Kalau malam-malam begini tenda biru ini memang sangat aneh. Meski remang-remang, tapi masih aja rame sama mahasiswa yang makan, ngobrol, cekakak-cekikik ga jelas dan pacarran (aih! Sumpeh  lo? Beneran, saya pernah mergokin ada yang berduaan. Kalian tau sendiri lah modusnya apa berduaan malem-malem, gelap-gelapan begini. Ya kan, ya kan. Beruntunglah mereka saat itu karena saya bukan anggota komplotan FPI. ckckck).

Yang lebih aneh lagi adalah pihak pengelola kampus Universitas Al Azhar Indonesia. Pelitnya bukan main. Ga ada kek inisiatif buat menambah lampu tiang buat menerangi aktivitas mahasiswa malem-malem di sini. Jadi kan ketahuan apa yang mereka lakukan dibalik tenda remang-remang ini. Terlepas dari itu, penerangan amat dibutuhakan karena tak jarang mahasiswa berdiskusi tenang program organisasi di sini.

“Naaaah, ini dia buronan yang dicari” suara kompak menyambut kedatangan saya di Tendu.

Walah-walah ternyata udah pada rame. Lagi arisan ya Pak? Kocokannya udah selesai? Siapa , siapa yang narik minggu ini. Hehehe!

Adek-adek saya ini tampaknya sedang diskusi. Adek-adek? Koq saya serasa menuakan diri sendiri. Mungkin lebih baik sebut “rekan-rekan”. Lagi pula di situ ada rekan satu kelas saya. Sebenarnya saya udah berfikir mau kabur aja karena ngantuk dan lapar bukan main. Tapi koq, ada sesuatu yang menarik hati di sini. Apakah itu? Keripik singkong balado. Akhirnya demi keripik singkong balado, saya pun bertahan.

Baru lima menit bergabung tiba-tiba oooh rasa kantuk itu semakin membabi buta saja. Tiba-tiba merasa ga ngerti deh apa itu kurikulum, twinning program, akreditasi program studi,  brosur promosi yang jelek, staf sekre yang jutek, lalala, apa lagi…pokoknya tetek bengek yang lain lah. Saya merasa jadi orang terbodoh dan tercuek di program studi. Sekaligus saya merasa cemburu sama rekan-rekan ini yang begitu care dengan nasib program studi (Prodi) dan adik-adiknya ke depan.  Belum jadi alumni saja saya udah kayak gini ya, apalagi kalau udah.

Cerita punya cerita ternyata mereka merasa resah dan gelisah. Apa sebab? Kalau dari yang saya tangkap sih, alasan mendasarnya adalah naluri mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi untuk masa depan Prodi yang lebih baik, dan kurangnya komunikasi antara yang tua dan yang muda. Lah, yang tua itu siapa yang muda itu siapa ya? Pikir aja sendiri!

Poin pertama adalah tentang keabsahan informasi yang diberikan di brosur mengenai twinning program (TW) dan program studi Biologi (Bioteknologi). Katanya sih TW itu belom ada MoUnya dengan ITB. Terusnya gara-gara TW kurikulum kita mesti disetarakan dengan prodi Biologi ITB. Sepertinya lumayan banyak rekan-rekan ini yang ga rela mata kuliah Bioteknologinya di revisi gitu aja. Saya juga ga rela dong. Secara, pada berbondong-bondong masuk UAI kan karena Bioteknya bow, bukan Biologinya. Kalaupun memang sudah dirubah, maka harus ada singkronisasi dengan informasi yang disampaikan di website dan brosur tentang kurikulum, sehingga menghindari kesan penipuan berkedok promosi. Kenapa sih harus TW ke ITB. Prodi saya kan sudah cukup keren tanpa ada TW. Sepakat?

Terus,  tau ga sih kalau ada rekan satu Prodi kita yang masih mempertanyakan tentang: kita ini prodi Bilologi atau Bioteknologi sih? Ini mah harusnya ditanyain sebelum daftar ke UAI, brow! Di Dirjen Dikti sana kita ini terdaftar sebagai program studi Biologi dengan konsentrasi Bioteknologi. Di Universitas lainnya juga pada kayak gitu. Program studi Biologi mereka punya konsentrasi di Mikrobiologi, Tumbuhan, Hewan, dll. Nah, kalo mw bikin program studi baru bernama Bioteknologi, bakalan susah menembus alur birokrasi ribet ala Indonesia ini.  Selain ribetnya mekanisme pengajuan prodi baru, Bioteknologi di Indonesia untuk level S1 itu masih belum feasible. Bukan hanya sebatas fasilitas loh, tapi juga otak mahasiswanya terbatas. Khususnya saya sendiri yang rada2 lemot ini. Jadilah UAI bikin prodi Biologi yang disesuaikan buat kemampuan mahasiswanya dan tetap menonjolkan salah satu tantangan sains dan teknologi terbesar di abad ini yaitu BIOTEKNOLOGI.

Yang tak kalah penting adalah persoalan brosur promosi yang amat tak menarik hati. Konon katanya proyek itu memang sudah dari dulu dipegang oleh bagian promosi dengan hanya sedikit konsolidasi dengan bagian Prodi. Penggarapannya seperti foto-foto, disain diserahkan ke teman-teman FOCUZ (seingat saya yah). Jadilah kurang memenuhi sense Biologinya. Saya juga sependapat. Satu-satunya hal yang menarik hati saya untuk membaca brosur itu adalah karena di situ ada foto saya dan testimoni sebagai mahasiswa. Ketahuan narcisnya.

Selanjutnya, ada salah satu peserta arisan yang ingin menyapa: Apa kabar KMPS Biologi UAI? Wah ini ga berani komen. Kagak ngarti apa-apa saya. Mungkin nanti saya tulis note terpisah setelah ngobrol-nobrol sama ketuanya.

Terakhir adalah mengenai solidaritas alumni. Katanya panitia pelaksana sangat mengharapkan alumni untuk berpartisipasi dalam acara nanti. Tapi koq sampe detik ini yang konfirmasi datang masih bisa dihitung dengan jari. Kasian adek-adeknya udah capek-capek bikin kegiatan tapi kalo yang datang sepi. Jangan sampai deh. Gara-gara ini saya pun dapat tugas dari rekan-rekan ini untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya teman-teman 2006 ke acara yang akan diselenggarakan pada 11 Maret 2011 di Auditorum Afirin Panigoro itu. Saya memang harus berjuang buat membantu rekan-rekan ini menyambungkan silaturahim keluarga besar Biologi (Bioteknologi) yang sudah berumur satu dekade ini. Hitung-hitung saya juga udah kangen berad sama sobat-sobat seperjuangan satu kelas. Jadi buat teman-teman 2006 kita dateng yuuuuk. Dan jangan lupa bayar iurannya Rp. 30.000,- ke panitia (www.numpangiklan.org) .

 Lantas, gimana dong cara menyampaikan masukan ini?
“Kita harus satu suara dulu. Satukan persepsi kalau ini bukan karena memojokkan satu pihak tapi untuk kebaikan semua pihak” ucap salah satu peserta arisan.

“Nanti yang ngomong ga usah banyak-banyak cukup satu aja trus palingan diback up sama satu orang lagi” cetus peserta lainnya.

“Tapi pastikan dulu jadwal sharing nanti di Acara Temu Alumni bakalan dihadiri sama yang tua. Kalao mereka udah pada pulang, kan percuma” seseorang lagi menambahkan.

Yo wis! Diskusi pokok malam itu selesai.  Semua sudah satu persepsi. Baiklah kita tunggu saja tanggal mainnya. Semoga saya dan rekan-rekan bisa melakukan yang terbaik di temu alumni nanti.

Saya pulang dengan perut meronta-ronta. Maag ini semakin akut saja. Di jalan saya sambil berfikir tentang kemungkinan-kemunginan saya selanjutnya untuk membuat prestasi membawa nama baik almamater di tingkat internasional. Saya memang udah ga mau banyak cing cong jadi mahasiswa, sejak masuk semester 7. Capek dan merasa sudah bukan jamannya lagi. Ga keren banget kalau saya protes ini itu tapi IPK saya jelek atau prestasi saya ga ada yang bisa dibanggakan buat almamater.  Kan mayun. Mending saya jadi mahasiswa yang lebih mengedepankan prestasi dibanding protes. Eits, saya bilang “lebih mengedepankan”, bukan “hanya mengedepankan”.

Soal urusan kurikulum dan system kan ada yang lebih pintar, yaitu yang tua-tua dengan gelar Master dan Doktor bahkan Profesor. Dalam hati, saya sepenuhnya percaya mereka pun sama seperti saya dan rekan-rekan saya yang menginginkan yang terbaik untuk prodi saya yang keren ini. Ga mungkin deh mereka mau mencalakakan kita dan prodi tercinta. Kalau salah-salah dikit, yaw wajar lah mungkin khilaf atau overload. Namanya juga manusia. Tinggal kasih masukan aja. Bagus-bagus kita bantu dengan tindakan konkrit. Saya yakin ACTIONS SPEAK LOUDER THAN WORDS.

Koq tiba-tiba saya jadi keingetan sesuatu. Apa itu? Eing eing…. Sidang skripsi apa kabar? Udah ga ngerti lagi. Ga usah sidang juga ga apah dah. Hahah.

---------
More stories! Please visit: http://journeyou.blogspot.com/

Tidak ada komentar :

Posting Komentar